PLUS | Platform Usaha Sosial

Kopernik, Penyedia Perangkat Teknologi Terjangkau Untuk Daerah Terpencil

oleh Alfian Renata
Highlight, Success Story 3 minutes read

TechInAsia – Kopernik bukanlah sebuah startup, melainkan sebuah perusahaan teknologi. Perusahaan ini bertujuan untuk membantu mendistribusikan teknologi yang dapat mengubah hidup masyarakat di daerah pedalaman. Saat ini, kebanyakan barang yang telah didistribusikan oleh Kopernik adalah berbagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup seperti penyaring air, lampu tenaga surya, dan kompor.

Perusahaan non-profit ini memiliki kantor utama di Bali dan didirikan oleh Toshi Nakamura dan Ewa Wojkoska lima tahun lalu. Kedua Co-Founder ini sebelumnya telah lama berkecimpung di United Nations Development Programme (UNDP). Pengalaman yang didapat di tempat kerja sebelumnya membuat mereka sadar dampak positif dari teknologi dalam memajukan masyarakat dan memutuskan untuk fokus di ranah ini.

“Kami melihat potensi teknologi yang terus berkembang, seperti lampu tenaga surya atau bahkan teknologi di sektor kesehatan. Kami ingin menghubungkan produsen perangkat teknologi dengan orang yang membutuhkannya. Fokus Kopernik adalah menyiapkan pendanaan untuk membuat hal tersebut terlaksana,” ucap Ewa.

Kopernik dirancang sebagai perusahaan sosial. Ini berarti mereka adalah sebuah organisasi non-profit dengan lengan bisnis perusahaan profit. Dalam hal ini, bagian yang menerima keuntungan berasal dari firma konsultan yang bekerja dengan perusahaan teknologi dalam pengembangan produk. Keuntungan dari bisnis konsultan inilah yang akan memenuhi kebutuhan organisasi non-profit.

Baca Juga: Indonesian Social Enterprise Highlights: House of Diamonds Indonesia

“Kami membutuhkan model bisnis non-profit karena ingin membantu mensejahterakan daerah terpencil yang terabaikan banyak pihak. Dibutuhkan biaya sangat besar untuk mengakomodir kebutuhan logistik. Dari perspektif bisnis, hal tersebut sangat tidak mungkin. Sebagai organisasi non-profit kami bisa terus bergerak di ranah ini,” terang Ewa. Kopernik juga mendapat aliran dana dalam bentuk donasi dari berbagai perusahaan, yayasan, program pengembangan dari pemerintah, dan individual.

Meskipun Kopernik memiliki sejumlah proyek di berbagai belahan dunia, aktivitas utama mereka adalah di daerah pedalaman tanah air, khususnya Indonesia bagian timur. Ewa mengatakan bahwa saat ini tim Kopernik berjumlah 70 orang, termasuk perusahaan konsultan dan organisasi non-profit.

Selain berfokus pada penyediaan dan distribusi teknologi yang banyak dibutuhkan masyarakat di area terpencil, Kopernik juga memiliki sejumlah aktivitas lain. Salah satu program utama yang sedang dijalankan perusahaan ini adalah Wonder Women. Melalui program ini, Kopernik membangun jaringan distribusi untuk teknologi yang dibutuhkan. Tidak sekadar mendistribusikan langsung, mereka juga memberikan pelatihan bagi wanita di area terpencil untuk menjadi agen penjualan. Mereka akan mendapat kios untuk menjual barang-barang dari Kopernik dengan komisi tertentu.Ewa mengklaim sudah ada sekitar 300 wanita yang mengikuti program ini, dan mereka telah menjual lebih dari 10.000 produk kepada warga sekitar. Harga produk yang ditawarkan mulai dari Rp150.000 untuk lampu tenaga surya atau filter air, hingga kisaran Rp250.000 untuk kompor. Beberapa produk lainnya yang lebih rumit seperti sistem tata lampu dibanderol sekitar Rp1,2 juta.

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp telegram messenger gmail yahoomail outlook