Kisah Ibu Yosi Menjadi Womenpreneur
Istilah kesetaraan gender yang sedang ramai digaungkan memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan untuk bisa memperoleh hak yang sama sebagai warga negara yang bebas serta memberikan kesempatan kepada perempuan untuk dapat berkontribusi pada pembangunan Negeri, salah satunya kontribusi melalui Kewirausahaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, sebanyak 64,5 persen dari total UMKM dikelola oleh kaum perempuan. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa sebenarnya perempuan memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa berperan dalam perekonomian dan pembangunan.
Melalui program Pro-Women pada tahun 2018, tim PLUS bertemu dengan banyak Wirausaha Perempuan (Womenpreneur) yang berasal dari Lombok. Salah satunya adalah Yosi Eka Kurniawati atau yang akrab dipanggil Ibu Yosi, seorang Womenpreneur yang juga percaya bahwa kaum perempuan mampu berkarya dan menjadi mandiri dengan caranya sendiri tanpa harus mengorbankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Setelah 2 tahun Program Pro-Women berakhir, tim PLUS berkesempatan untuk berbincang kembali bersama dengan Ibu Yosi. Merefresh kembali ingatan tentang pelatihan dan pendampingan yang penuh dengan kenangan itu.
Ibu Yosi dan Pro-Women
Ibu Yosi memulai usahanya yang bergerak di sektor kuliner sejak tahun 2017. Melihat potensi alam di desanya yang melimpah dan sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal, Ibu Yosi berinisiatif mengajak warga untuk membuat sebuah Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang bertujuan memberikan kemudahan bagi para ibu dalam memenuhi kebutuhan dapur mereka. Selain itu, Ibu Yosi juga mencoba untuk meningkatkan nilai jual produk pertanian yang dihasilkan dari program tersebut dengan cara mengolahnya menjadi camilan siap makan seperti keripik pare, keripik daun singkong, keripik bayam, dan jahe gulung. Dari sanalah KWT Ombak Bersatu terbentuk.
Baca Juga: Mindful Farming and Harvesting with Blueboots Farm
Salah satu produk KWT Ombak Bersatu (sumber: dokumen narasumber)
Pada tahun 2018, Ibu Yosi menemukan informasi terkait Program Pro-Women dari sebuah postingan temannya di Facebook. Setelah membaca dan merasa bahwa program ini sangat relevan dengan apa yang sedang dilakukan, akhirnya ibu Yosi mencoba untuk mendaftarkan usahanya.
Ibu Yosi menceritakan bahwa Pro-Women adalah program pengembangan kapasitas pertama yang dia ikuti. Pada mulanya, Ibu Yosi merasa minder apalagi saat melihat peserta lain yang sudah lebih senior darinya. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat belajar dan rasa keingintahuannya. Terbukti dengan terpilihnya Ibu Yosi sebagai salah satu dari 20 Duta Pro-Women yang diberangkatkan langsung ke Jakarta.
“Saya banyak belajar hal baru selama mengikuti Pro-Women. Mulai dari konsep kewirausahaan, bagaimana packaging yang baik, menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP), menentukan target market hingga dengan siapa kami harus berjejaring. Dan yang terpenting adalah rasa percaya diri saya mulai tumbuh setelah mengikuti program itu terlebih lagi saat saya terpilih menjadi salah satu dari 20 Duta Pro-Women.” – Ibu Yosi
Baca Juga: Insights from ARISE 2017
Womenpreneur : Bukanlah jalan lurus tanpa rintangan
Pilihan Ibu Yosi untuk menjadi Womenpreneur bukanlah jalan halus tanpa hambatan. Ada banyak tantangan dan ujian yang dialami olehnya selama membangun usaha Ombak Food ini.
Ibu Yosi bercerita tentang munculnya berbagai penolakan dari beberapa tokoh masyarakat saat pertama kali memulai program KRPL dan usahanya di Lombok. Beliau mengatakan cukup sulit mengubah mindset dan mengajak masyarakat untuk bergabung, terutama bagi komunitas yang sejak awal tidak pernah mendapatkan pendampingan sama sekali, karena bagi mereka ajakan Ibu Yosi ini merupakan hal yang baru dan asing. Namun, dengan berbagai pendekatan personal yang dilakukan, akhirnya Ibu Yosi berhasil meyakinkan dan mengajak mereka untuk bergabung.
Kegiatan memasak bersama dalam komunitas sekitar Ibu Yosi (sumber: dokumen narasumber)
Tidak hanya itu, ujian berat lainnya juga hadir di tengah usaha Ombak Food yang sedang ramai dan berkembang. Saat itu, tim yang sudah dibangun dengan kerja keras secara tiba-tiba pergi meninggalkan Ibu Yosi karena merasa sudah tidak se-visi. Ibu Yosi terpaksa mengganti timnya dengan orang-orang baru yang mana itu berarti dia harus memulai semuanya dari awal lagi.
Baca Juga: We treasure our heritage : Cerita dari Amed, Bali
“Saya belajar betapa pentingnya tim dengan visi dan tujuan yang sama. Saat itu, saya merasa sudah tidak punya motivasi lagi untuk melanjutkan usaha ini, tapi saya mendapat dorongan semangat dan beberapa saran dari tim pendamping Pro-Women untuk tetap bisa melanjutkan usaha Ombak Food ini.” – Ibu Yosi
Ps. Informasi terbaru dari Ibu Yosi, timnya yang dulu sempat pergi, kini sudah kembali dan menjadi bagian dari usaha Ombak Food dengan visi dan tujuan yang lebih solid lagi.
Tips Menjalankan Peran Ganda sebagai Womenpreneur
Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi perempuan yang juga memiliki peran sebagai ibu rumah tangga seperti Ibu Yosi. Perempuan harus pintar-pintar dalam membagi peran dan waktunya. Bagi Ibu Yosi, disiplin dan membuat skala prioritas menjadi salah satu cara untuk tetap dapat menjalankan peran sebagai ibu, sebagai Womenpreneur, sekaligus sebagai penggerak komunitas.
Selain itu, dukungan dari pasangan dan keluarga juga menjadi hal yang penting bagi seorang Womenpreneur. Adanya kerjasama antara istri dan suami dalam mengurus keluarga serta pengertian dari anak-anak atas peran yang dijalankan sang ibunda dapat menjadi kekuatan untuk tetap bertahan dari berbagai tantangan dan ujian menjadi Womenpreneur.
Ingin tahu lebih lanjut tentang Ombak Food? Yuk, kunjungi Instagram dan Tokopedia mereka.