Kartini Today: 5 Sociopreneurs Wanita yang Mengubah Dunia
Seiring dengan berkembangnya teknologi yang menghasilkan banyak hal dan memudahkan kehidupan manusia, ternyata teknologi juga menjadi salah satu faktor pendorong lahirnya perempuan-perempuan luar biasa yang mendikasikan dirinya sebagai seorang entrepreneur tetapi tetap mengedepankan kepedulian sosialnya. Semangat mereka untuk membangun dunia yang lebih baik patut sekali untuk dicontoh.
Dibawah ini adalah contoh lima perempuan dari sekian banyak perempuan yang sudah berhasil mendirikan social enterprisenya. Mereka tidak hanya datang dari Indonesia, tetapi juga luar Indonesia yang semangat kontribusinya adalah untuk kebaikan bersama di lingkungan mereka dan dunia ini. Berikut keterangan dari lima contoh perempuan hebat itu.
1. Katherine Lucey, founder of Solar Sister
Katherine Lucey merupakan lulusan S2 dari Georgia State University dan S1 di University of Georgia dengan jurusan jurnalis. Pendiri dari Solar Sister ini, sebelumnya pernah bekerja sebagai seorang bankir investasi selama 20 tahun namun kemudian memilih untuk mendirikan Solar Sister. Semangat untuk mencari solusi berkelanjutan menjadi latar belakang Katherine untuk mendirikan Solar Sister. Solar Sister sendiri didirikan untuk mengurangi kekurangan energi yang menyebabkan kelangkaan hampir diseluruh dunia. Selain itu, Solar Sister juga memberikan wadah kepada perempuan di daerah pedalaman Africa untuk turut andil di dalam melakukan perubahan. Hasil kerja keras yang dilakukan oleh Katherine membawanya untuk mendapatkan penghargaan di tahun 2015 sebagai Schwab foundation Social Entrepreneur of the Year dari Ashoka Fellow dan Draper Richards Kaplan Foundation Entrepreneur. (Sumber: solarsister.org)
2. Shannon May, founder of Bridge International Academies
Baca Juga: Peran Social Entrepreneurship dalam Mendukung Inklusi Keuangan
Pada tahun 2009 Shannon May mendirikan Bridge International Academies di Kenya untuk memberikan akses pendidikan yang layak dan juga menghilangkan status quo dimana pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang datang dari keluarga yang mampu saja. Sebagai seorang Chief Strategy Officer dan Chief Development Officer for Bridge, Shannon telah berhasil menjadikan Bridge sebagai tempat sekolah yang diminati dengan total sekitar 50,000 orang murid di sekitar Kenya telah menjadi muridnya. Perempuan lulusan Harvard ini juga aktif di organisasi internasional dengan menjadi seorang penasehat, kemudian juga fokus pada pengembangan dan kegiatan yang berkelanjutan di seluruh dunia. (Sumber: shannonmay.com)
3. Ayesha Vera-Yu, Chair and Founder of Advancement for Rural Kids
Advancement for Rural Kids atau biasa dikenal dengan singkatan ARK memiliki fokus untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak usia sekolah termasuk TK, SD, SMP dan SMA yang tinggal di daerah pedesaan di negara-negara berkembang. ARK ini didirikan oleh Ayesha yang merupakan lulusan Columbia University. Perempuan yang satu ini juga menjadi salah satu motor penggerak untuk menjadikan visi dan misi dari ARK menjadi nyata, khususnya di Filipina. Sebagai founder dari ARK, Ayesha juga mengajak dan berkolaborasi dengan volunter profesional, murid, sekolah dan kampus untuk bergerak bersama sebagai penggerak solusi inovatif dan menjadikan pendidikan dan kesehatan untuk anak di negara berkembang menjadi semakin baik. (Sumber: bakitwhy.com)
4. Helga Angelina, Co-Founder Burgreens
Baca Juga: Mengapa Social Entrepreneurship Penting?
Perempuan dari Indonesia yang merupakan lulusan dari University of North Carolina Wilmington ini telah berhasil mendirikan restoran yang menyajikan menu makanan sehat. Restoran ini dikenal dengan sebutan Burgreen’s yang memiliki special menu yaitu veggie burger, salad, dan smoothies. Berlatar belakang dari pola hidup sehat dan juga seorang vegan, Helga memulai bisnis ini dengan ditemani dua orang teman lainnya. Bisnis yang didirikan oleh mereka juga menuai banyak kepuasaan dari para konsumernya, sehingga Burgreenw dapat membuka cabangnya di Tebet selain di Rempoa. Dari bisnis yang dijalankan oleh Helga, dapat ditarik kesimpulan jika ternyata mendirikan bisnis tidak hanya dapat menghasilkan profit dari segi uang tapi juga dari pola hidup yang sehat. (Sumber: life.idntimes.com)
5. Sabrina Mustopo, CEO dan Founder Krakakoa Chocolate
Kecintaannya pada bidang pertanian, membawa Sabrina untuk mendirikan Krakakoa Chocolate, selain menghasilkan cokelat, Sabrina juga memberdayakan petani cokelat. Kesejahteraan petani cokelat di Indonesia sangat bertolak belakang dengan potensi Indonesia yang kaya dengan produksi kakaonya. Oleh sebab itu, perempuan yang pernah bekerja di McKinsey ini tergerak untuk ikut mensejahterakan kemakmuran petani Kakao. Untuk mencapai misi ini Sabrina juga bekerjasama dengan WWF dan mengadakan program lokakarya edukatif kepada sejumlah petani kakao yang ada di Lampung, khususnya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sabrina dan 12 orang timnya saat ini sudah dapat mempekerjakan sekitar 60 orang petani. (Sumber: secretwbusiness.com)
Lima perempuan ini sudah membuktikan jika berbisnis tidak hanya harus selalu mencari keuntungan untuk diri sendiri tetapi juga berdaya guna kepada masyarakat yang ada disekitar kita. Dari kelima perempuan itu kita juga dapat belajar jika berbisnis bisa berlatar belakang dari hobi ataupun kebutuhan dari diri sendiri yang tidak dapat terpenuhi lalu kita menciptakannya sendiri. Mereka adalah lima dari banyak perempuan yang memotivasi kita untuk selalu mendedikasikan diri sebagai penggerak dan pelopor kesejahteraan sosial. Karena kesejahteraan bersama adalah kemakmuran yang harus kita capai.
Baca Juga: Mindful Farming and Harvesting with Samantha from Blueboots farm