Program Pengembangan Kewirausahaan Perempuan Lombok (PRO-WOMEN)
Indonesia, negara dengan ekonomi berkembang dengan jutaan budaya, sedang berupaya untuk mengembangkan kewirausahaan masyarakatnya. Tingginya biaya transportasi antar pulau dan isolasi geografis menciptakan kesenjangan yang besar antara pusat kota dengan area terpencil. Ketiadaan dukungan dalam pengembangan bisnis dan keterbatasan distribusi komoditas menahan wirausahawan di daerah untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya. Pengusaha wanita merupakan pihak yang paling dirugikan, karena Indonesia masih kental dengan budaya patriarki dan diskriminasi gender.
Berangkat dari kondisi ini, kami menyadari bahwa wirausahawan wanita di Lombok membutuhkan pembekalan untuk membangun bisnis yang berkelanjutan. Melalui dukungan dari Ford Foundation, PLUS dan Yayasan Rumah Energi merilis program PRO-WOMEN, sebagai bentuk komitmen kami untuk merealisasikan mimpi para pengusaha wanita, melalui metodologi dan strategi yang telah disusun berdasarkan kebutuhan mereka.
Program PRO-WOMEN akan memberdayakan wanita melalui pelatihan dan pendampingan bisnis bagi 48 pengusaha wanita yang telah berhasil melalui proses seleksi. Program ini didesain untuk para wanita yang telah menjalankan bisnis dengan setidaknya satu pegawai, dan tentu saja harus memiliki keinginan untuk tumbuh. Sejauh ini, kami telah berhasil menyeleksi 48 wirausahawan wanita dan telah melakukan orientasi dan penilaian kebutuhan. Orientasi ini dikemas dengan ringan dan menyenangkan, sehingga para wirausahawan wanita dapat mengikuti alur orientasi dengan mudah. Untuk pertemuan selanjutnya, kami akan melakukan pelatihan dengan kurikulum yang telah disusun berdasarkan kebutuhan mereka.
Berikut adalah profil 48 pengusaha wanita yang telah berhasil lolos seleksi. Wanita-wanita hebat ini datang dari berbagai latar belakang bisnis, namun mereka memiliki satu kesamaan: mereka bersemangat untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Aminatuzohrah
Salon & Spa Inner Beaute'
Lombok Tengah
Ibu Amina terinspirasi untuk membangun lembaga kursus dan pelatihan dengan misi mengurangi angka pengangguran di masyarakat, terutama kaum perempuan di Lombok Tengah. Melalui usahanya, ibu Amina telah memberikan pelatihan kepada sekitar 20 perempuan dari desanya. Saat ini Ibu Amina sedang dalam proses mengurus perizinan untuk lembaga pendidikan kecantikan.
Ayuni
Kel. Bunga Anggrek
Lombok Timur
Ibu Ayuni, pendatang dari daerah Jene Priye (Lombok Tengah), melihat banyak perempuan di sekitar daerah nya yang tidak bekerja. Ibu Ayuni yang mempunyai kemampuan membuat keta, kerajinan khas Jene Priye kemudian mengajarkan kerajinan tersebut ke para ibu-ibu di sekitar lingkungannya agar dapat berkegiatan produktif.
Baiq Dewi Cempaka
UD Cempaka
Lombok Tengah
Ibu Dewi adalah seorang ibu rumah tangga dan kader posyandu yang akhirnya mencoba membentuk kelompok usaha manisan dan dodol. Dengan semangat dan kemauan nya yang kuat, ibu Dewi mendorong anggota kelompoknya untuk menghasilkan produk yang lebih bervariasi sehingga dapat menangkap lebih banyak peluang pasar.
Baiq Siti Martina
Jelita Bag and Fashion
Lombok Tengah
Usaha Ibu Tina bermula dari hasil menjahitkan tas untuk anaknya. Semakin lama semakin banyak permintaan dari orang sekitarnya untuk menjahit tas, sehingga pada akhirnya beliau menerima pemesanan pembuatan tas anak sekolah. Melihat usahanya berkembang, Ibu Tina mengajak tetangganya, yang sebagian besar adalah ibu-ibu yang ditinggal suami ke Malaysia, untuk bergabung dan dilatih. Ibu Tina ingin mengembangkan jaringan bisnisnya sehingga produknya bisa dikenali dan dipasarkan lebih luas lagi.
Baiq Yuliana
UD Rintan
Mataram
Ibu Yuliana membuat produk olahan sampah yang inovatif. Pemasaran produk daur ulang sampah dijual kepada darmawanita, saat pameran dan dalam acara pemerintahan provinsi. Selain pengolahan sampah, Ibu Yuliana juga membuat tortila rumput laut dan abon sayuran. Pengembangan kreativitas tidak hanya berhenti di usaha ini, ibu Yuliana membuka rumahnya untuk menjadi tempat perkumpulan ibu-ibu yang lain untuk belakar membuat produk inovatif lainnya
Devi
Kreasi Lestari
Lombok Barat
Devi adalah seorang guru yang berkegiatan sehari-hari mengajar dan membuat hasil kerajinan yaitu tas dari tali kur. Melihat ibu ibu sekitar tempat tinggalnya banyak menganggur, Devi mulai mengajak dan mengajar Ibu Ibu tersebut untuk membuat tas tali kur dan buket bunga dari kain bekas sisa jahitan. Melalui Kreasi Lestari, Devi ingin mengajak ibu-ibu di sekitar lingkungannya untuk memanfaatkan waktu kosong dengan kegiatan produktif yang menghasilkan.
Gangga Niasih
Budidaya Jamur dan Kopi Rempah, Lombok Utara
Ibu Gangga dan kelompoknya menjalankan usaha budidaya jamur dan kopi rempah. Meskipun tempat produksi beliau dan kelompoknya hancur terkena gempa, ibu Gangga menunjukkan daya tahan dan kemauan mengembangkan usaha yang sangat kuat, sehingga dapat memotivasi kelompok nya untuk tetap berproduksi walaupun dengan sarana seadanya.
Halimatus Saebah
Kel. Bunga Mekar
Lombok Utara
Ibu Saebah membentuk kelompok Bunga Mekar sejak tahun 2014 dengan menjual produk hasil olahan pisang sale. Produksi pisang sale dilakukan setiap hari dan langsung dijual keesokan harinya. Dalam produksinya, kelompok Bunga Mekar sering mengalami kesulitan mencari bahan baku, khususnya di saat musim kemarau. Kedepannya, Ibu Saebah ingin terus mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat sekitarnya.
Hakiah
KWT Kaki Rinjani
Lombok Tengah
Ibu Hakiah adalah salah satu pengurus kelompok Wanita Tani (KWT) Kaki Rinjani. Ibu Hakiah sangat aktif memberikan pelatihan pengembangan kapasitas kepada anggota kelompoknya, khususnya untuk mengembangkan usaha kopi dan olahan coklat yang dijalaninya. Ibu Hakiah memiliki aspirasi untuk melibatkan lebih banyak lagi ibu-ibu di sekitar lingkungannya dalam usaha nya.
Husnul Khotimah
KUBE Al Barokah
Lombok Timur
Melihat minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di desanya, Ibu Husnul mempunyai keinginan untuk memberdayakan hasil pertanian di desanya yaitu produk kopi dan makanan ringan seperti kerupuk dan abon.
Inaq Hamdani
KWT Suli Asli
Lombok Tengah
Ibu Hamdani membentuk KWT Suli Asli saat melihat banyak sekali perempuan menganggur dan tidak berpenghasilan di sekitar rumahnya. Ibu Hamdani kemudian mencoba memberdayakan perempuan sekitar untuk berkreasi dengan produk inovatif, salah satunya adalah kerupuk kulit pisang. Semangat Ibu Hamdani menjadi semangat baru untuk berkreasi mengolah hasil alam untuk dijadikan makanan yang lebih bernilai jual.
Indah Trisnawati
Lombok Orchid
Mataram
Ibu Indah mempunyai usaha budidaya anggrek bulan yang telah dijual di hotel-hotel dan kantor di kota Mataram. Untuk saat ini, bibit anggrek didatangkan dari Bali dan Jakarta, namun kedepannya, Ibu Indah memiliki keinginan untuk membuat pembibitan di daerah pegunungan Lombok yang juga dapat memberdayakan warga di sekitar daerah tersebut.
Issaturrodiah
Popo Momo
Lombok Utara
Ibu Is dan kelompok Popo Momo menjual kopi serta olahan pisang sale sejak 2012. Salah satu produk olahan kopi yang dijual adalah kopi campuran (kopi dan beras). Biji kopi dibawa langsung oleh anggota yang juga merupakan petani kopi. Melalui Popo Momo, kedepannya Ibu Is memiliki aspirasi untuk memberdayakan wanita pengangguran di lingkungan sekitarnya.
Juniati
Echa Pearls
Mataram
Ibu Juni membuka bisnis mutiara dimana proses pembuatan mutiara menjadi perhiasan melibatkan perempuan-perempuan di sekitar lingkungannya. Ibu Juni ingin belajar memperluas pasar sehingga pesanan produk semakin banyak dan lebih banyak ibu di sekitar rumah yang terlibat.
Kris Ayu Madina
Gumi Bamboo Lombok
Mataram
Awalnya Ayu mendirikan Gumi Bamboo sebagai salah satu bentuk kampanye untuk mengajak masyarakat menghentikan penggunaan sedotan plastik. Gumi Bamboo kemudian berkembang menjadi usaha sosial yang menawarkan alternatif sedotan plastik yang ramah lingkungan, yaitu sedotan bambu. Dalam proses produksinya, Gumi Bamboo juga melibatkan pengrajin lokal di salah satu desa di Lombok. Meskipun penjualan produk banyak dilakukan ke luar negeri, Ayu mempunyai misi untuk lebih memperkenalkan produk ramah lingkungan ke masyarakat di Indonesia.
Linsi
Kel. Kreatif Linsi
Lombok Timur
Ibu Linsi mendirikan rumah kreatif pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat di sekitar lingkungannya. Masyarakat diajak untuk mengumpulkan sampah yang kemudian dibentuk ulatan (anyaman) untuk diganti dengan uang atau sembako. Kedepannya, Ibu Linsi memiliki misi untuk mengajak lebih banyak lagi masyarakat, khususnya ibu-ibu untuk bergabung agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Mahniwati
Kupi Nina Bayan (Kedai
Kopi), Mataram
Sebagai seorang pecinta kopi, Mahniwati mendirikan Kupi Nina Bayan dengan misi ingin menonjolkan kopi hasil petani Lombok, serta memberikan ruang bagi anak muda untuk diskusi secara aktif dan positif. Mahniwati memiliki mimpi untuk melibatkan lebih banyak lagi petani kopi serta meningkatkan kesadaran para petani kopi akan proses dan perlakuan biji kopi yang baik sehingga rasa dan kualitas yang dihasilkan bernilai tinggi.
Mahuni
KWT Insan Mandiri
Lombok Tengah
Awalnya, Ibu Mahuni dan KWT Insan Mandiri menjual hasil produksi gula semut dan gula aren. Namun seiring berjalannya waktu, Ibu Mahuni melihat bambu sebagai komoditas yang dapat dimanfaatkan dan mudah didapatkan di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu, saat ini fokus usaha KWT Insan Mandiri adalah produksi kerajinan sedotan bambu. Kedepannya, Ibu Mahuni ingin terus mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan anggota kelompoknya.
Maimunah
Cempaka
Lombok Tengah
Berawal dari mengikuti pelatihan pembuatan tortilla di tahun 2013, Ibu Maimunah mengajak 7 orang anggota kelompoknya untuk beralih dari produksi kue basah menjadi produksi tortilla. Untuk mengatasi kekurangan modal, Ibu Maimunah menggunakan mekanisme koperasi dimana setiap anggota wajib menyetorkan simpanan pokok dan simpanan wajib per bulan. Saat ini anggota kelompok sudah mencapai 50 orang, dan produk yang ditawarkan bukan hanya tortilla tetapi juga rengginang dan kerupuk. Selain memproduksi makanan, kelompok ini juga menyediakan pinjaman lunak bagi anggota kelompoknya. Ibu Maimunah memiliki mimpi agar semua anggota kelompoknya dapat naik haji dan umroh.
Marnim
Kopwan Meleko Bangkit
Lombok Utara
Ibu Marnim membentuk Koperasi Kopwan Meleko Bangkit sejak 2015. Kopwan meleko Bangkit memproduksi hasil kerajinan bambu yaitu tudung saji, keranjang, serta vas bunga dari bambu. Selain hasil kerajinan, kelompok ini juga menjual hasil kopi dari petani di desa sekitar. Pasca gempa, kelompok Ibu Marnim banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada usaha kelompok lain yang terkena dampak gempa.
Martini
Kelompok Babagus
Lombok Utara
Ibu Martini dan kelompok Babagus menjual hasil olahan pisang sale. Akan tetapi, pemasaran pisang sale belum dapat dilakukan secara luas dikarenakan ijin pemasaran yang belum ada. Selain mengurus perijinan, Ibu Martini mempunyai keinginan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan melibatkan lebih banyak tenaga kerja lagi. Meskipun tempat produksi hancur terkena gempa, Ibu Martini dan Kelompok Babagus tetap memiliki daya tahan dan kemauan untuk menjalankan usahanya.
Muji
Dapur Nina Pacu
Lombok Utara
Ibu Muji adalah seorang pengusaha beras yang juga aktif di organisasi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Meskipun bisnis beras nya sudah maju, Ibu Muji mendirikan Dapur Nina Pacu dengan mimpi untuk memajukan potensi kopi di Lombok, serta melibatkan perempuan di usaha nya.
Mukminah
Tenun Sumber Rejeki
Lombok Tengah
Ibu Mukminah mempunyai keahlian di tenun pewarna alam, dan sering menjadi rujukan bagi pengrajin lain. Selain memahami dan mampu memproduksi tenun, Ibu Mukminah juga aktif memotivasi anggota kelompok dalam mengatur keuangan sehingga keuntungan yang didapatkan dibagi bersama. Ibu Mukminah memiliki mimpi untuk memperkenalkan hasil tenun Lombok ke luar negeri.
Nina Hidayati
Budidaya Jamur
Mataram
Ibu Nina memulai usaha dengan melanjutkan usaha orang tuanya yang sempat ditinggalkan. Dari ayahnya, Ibu Nina mempelajari keterampilan pembuatan bibit jamur dan baglog (media menanam jamur siap panen). Kedepannya, Ibu Nina ingin mempelajari bagaimana melibatkan orang yang tepat dalam produksinya. Beliau juga tidak segan membagikan ilmunya kepada rekan atau siapa saja yang ingin belajar.
Nur Laela
Handmade
Lombok Timur
Ibu Nur Laela mempunyai bisnis produk handmade berupa tas dan sepatu bayi. Keterampilan membuat produk handmade ini juga diajarkan Ibu Nur ke perempuan di sekitar lingkungannya. Kedepannya, Ibu Nur Laela ingin meningkatkan pemasaran dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Nur Hakiki
Bunga Pandan
Lombok Barat
Ibu Nur Hakiki membentuk Kelompok Bunga Pandan yang memproduksi dan menjual abon ikan. Dalam proses produksi nya, Kelompok Bunga Pandan melibatkan perempuan-perempuan yang suaminya bekerja sebagai nelayan. Ibu Nur dan kelompoknya bersemangat untuk mengembangkan usaha dan memiliki keinginan untuk belajar mengenai manajemen usaha.
Oryza P. Inderasari
JONES (Jam Oleh-Oleh
Etnik SASAMBO), Mataram
Ibu Oryza, atau yang akrab dipanggil Ibu Icha adalah seorang dosen di Universitas Mataram. Usaha Jam Oleh- Oleh Etnik Sasambo (JONES) ini adalah salah satu hasil dari Pekan Kreatif Mahasiswa, yaitu program kewirausahaan di Universitas Mataram. Produksi jam juga dilakukan dengan melibatkan mahasiswa. Ibu Icha memiliki misi untuk mengangkat budaya Lombok melalui penjualan jam tangan dengan strap motif etnik khas Lombok.
Rahayu
Dende Telage
Lombok Barat
Kelompok Dende Telage menjual hasil produk olahan ikan, yaitu abon ikan. Ibu Rahayu memiliki misi mengurangi angka pengangguran, dan juga melibatkan lebih banyak perempuan terutama janda yang tidak bekerja, di sekitar lingkungannya. Walaupun terkena dampak gempa pada beberapa saat lalu, Ibu Rahayu dan anggota kelompok lainnya terus belajar mengenai pengelolaan bisnis yang baik dan meningkatkan keterlibatan perempuan dalam prosesnya.
Rosiani
Kelompok Melati
Lombok Tengah
Ibu Rosiani adalah mantan pendamping program di salah satu LSM. Ketika program tersebut selesai, Ibu Rosiani kembali dan melihat banyak sekali perempuan yang menganggur dan tidak memiliki aktivitas. Beliau kemudian membentuk Kelompok Melati yang menghasilkan kerajinan tas yang terbuat dari tali kur. Hasil kerajinan tas yang dihasilkan Kelompok Melati memiliki motif yang inovatif. Kedepannya, Ibu Rosiani ingin meningkatkan pengetahuannya dalam mengelola usaha agar dapat melibatkan lebih banyak perempuan.
Rusni
Kel. Muara Tuna Utara
Lombok Utara
Awalnya kelompok Ibu Rusni mendapatkan pelatihan dari salah satu LSM. Dari hasil pelatihan tersebut, Ibu Rusni mencoba membuat abon ikan dan menjual di sekitar tempat tinggalnya. Melihat usaha abon ikan semakin berkembang, Ibu Rusni dan Kelompok Muara Tuna Utara mulai mengembangkan produksi olahan lainnya, yaitu olahan daging sapi dan ayam. Kedepannya, Ibu Rusni ingin memperluas jaringan usahanya, sehingga pembuatan abon lebih banyak dan bisa melibatkan lebih banyak perempuan.
Saifah Sukmawati
Tenun Alam Rindang
(Tenar), Lombok Tengah
Setelah mendapatkan pendanaan dan pelatihan di tahun 2013, Ibu Saifah dan teman-temannya membentuk Kelompok Tenun Alam Rindang (Tenar) yang menjual hasil tenun dengan pewarna alam. Kelompok Tenar juga telah mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan salah satu desainer Indonesia di suatu program bertemakan eco-design. Kendala yang dihadapi oleh kelompok Tenar adalah salah satunya pemasaran tenun pewarna alam, yang belum banyak dikenal oleh masyarakat di Lombok. Dengan kondisi tersebut, ibu Saifah bertekad untuk terus mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan anggota kelompoknya.
Sartika
UD Mahira
Lombok Barat
Ibu Sartika memulai usaha nya setelah melihat peluang dari penjualan kopi yang proses secara tradisional serta keinginannya untuk memberdayakan ibu-ibu di sekitar lingkungannya. Seiring perkembangan usahanya, Ibu Sartika juga berharap dapat melibatkan kelompok wanita tani (KWT) di sekitarnya.
Siska Herdiana
Aneka makanan olahan
Lombok Utara
Ibu Siska awalnya adalah pendamping UKM, namun setelah selesai, Ibu Siska memutuskan untuk terlibat langsung dalam mengelola bisnis pembuatan abon ikan karena melihat kelompok yang kurang produktif. Bahan mentah untuk abon ikan dibeli langsung dari nelayan di daerah Lombok Utara. Kedepannya, Ibu Siska ingin terus mengembangkan produk lokal, khususnya dari Lombok Utara agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Sopiatun
Berkah Hijab
Lombok Timur
Sopiatun memiliki bisnis penjualan gamis dan jilbab yang diproduksi sendiri. Sopiatun yang awalnya hanya berdagang gamis dan jilbab memutuskan untuk menjual hasil produksi sendiri agar hasil dapat disesuaikan dengan keinginan pembeli, serta bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain, khususnya para perempuan yang menganggur.
Sri Astuti Indayani
Solong Jaya
Lombok Timur
Ibu Sri membentuk kelompok Solong Jaya yang menjual produk kopi bubuk dan makanan ringan. Ibu Sri juga aktif menjadi pengurus kelompok Wanita Tani (KWT). Dalam perkembangannya, Ibu Sri mampu membuka peluang pasar tidak hanya untuk kelompoknya, tetapi juga membantu pemasaran KWT lain yang ada di Desa sekitarnya. Kedepannya Ibu Sri ingin meningkatkan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dan remaja yang putus sekolah dalam memilih biji kopi dan sangrai kopi yang berstandar tinggi.
Sri Muriati
Enges Elen
Lombok Tengah
Ibu Sri melihat bahwa masyarakat di Desa Kawo rata-rata bisa menenun, namun banyak yang hanya memproduksi tenun untuk acara tertentu saja. Melihat potensi tersebut, Ibu Sri membentuk Kelompok Enges Elen yang menghasilkan dan menjual syal dan selendang yang terbuat dari kain tenun. Kedepannya, Ibu Sri berharap usahanya dapat lebih berkembang dan semakin banyak melibatkan ibu-ibu disekitar.
Sri Nandawati
Rengginang Ibu Nikmah
Mataram
Usaha Rengginang berawal dari usaha keluarga ibu Sri Nandawati. Melihat banyaknya ibu-ibu yang sangat bergantung pada bisnis ini, Ibu Nanda berinisiatif meneruskan usaha rengginang dngan menjual hasil rengginang siap saji. Kedepannya, Ibu Nanda memiliki harapan untuk memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas lagi.
Sumaini
Rumah Makan Gelora
Lombok Timur
Ibu Sumaini mendirikan Rumah Makan Gelora dengan misi untuk memperkenalkan makanan khas Lombok ke masyarakat yang lebih luas. Ibu Sumaini juga aktif bergabung di Asosiasi Wisata Kuliner (AWIK) dan Perhimpunan Hotel/ Restauran Indonesia (PHRI). Kedepannya Ibu Sumaini ingin terus mengembangkan usahanya dan melibatkan komunitas perempuan di Lombok.
Syae'un
Putri Rinjani
Lombok Timur
Ibu Syae’un awalnya adalah pengurus kelompok Putri Rinjani dan sering terlibat dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan LSM. Terinspirasi dari kunjungan tamu Jepang, Ibu Syae’un mengembangkan produk bawang hitam (black garlic) dengan memanfaatkan hasil pertanian bawang putih di daerah Sembalun. Kedepannya Ibu Syae’un berharap dapat membantu memajukan kesejahteraan masyarakat di daerah Sembalun.
Titin Indra Mayasari
Lumbung Serabi Ghaziya
Lombok Barat
Atas kepeduliannya untuk mempertahankan makanan lokal, Ibu Titin mendirikan Lumbung Serabi Ghaziya dengan menjual produk makanan lokal, yaitu serabi. Kemasan serabi juga menggunakan daun pisang sebagai bentuk kampanye penggunaan produk non plastik. Kedepannya, Ibu Titin ingin mengembangkan bisnisnya dan memiliki misi untuk menjaga agar makanan lokal tidak punah.
Ummi Ningsih
KPS Pamansam
Lombok Barat
Ibu Ningsih mendirikan KPS Pamansam sebagai lokasi ekowisata di Lombok Barat. Selain ekowisata, Ibu Ningsih menawarkan makanan dari hasil budidayanya, yaitu jamur. KPS Pamansam juga melakukan pengelolaan sampah organik menjadi pupuk alami dan biogas. Dalam proses pengelolaan bisnis nya, Ibu Ningsih banyak melibatkan ibu-ibu di sekitar lingkungannya.
Velly Oxtaria
Tas Tali Kur Bambu Gendis
Mataram
Dimulai dari mengikuti pelatihan membuat kerajinan tali temali sewaktu masih kuliah, Ibu Velly memulai usaha nya dengan menjual hasil kerajinan tas yang terbuat dari tali kur. Ibu Velly juga sering mengajarkan keterampilan membuat simpul dalam bentuk bengkel Seni ke anak-anak pesantren dan mahasiswa Universitas Mataram.
Wahyu Istiqomah
Home Industri (Konveksi)
Lombok Barat
Ibu Wahyu mempunyai usaha konveksi pakaian, mukena, jilbab, rok dan gamis. Salah satu hal yang membuat produknya berbeda adalah hasil bordir yang dapat disesuaikan dengan pesanan. Meskipun usahanya masih berskala kecil, Ibu Wahyu terus berusaha meningkatkan keterampilan dan mengembangkan usahanya.
Winarti
Tanaq Rinjani
Lombok Tengah
Melihat potensi dari hasil olahan gula aren dan gula semut Lombok yang alami, Ibu Winarti membentuk Tanaq Rinjani untuk membantu memasarkan produk lokal tersebut sehingga dapat dijual sebagai oleh-oleh khas Lombok. Melalui usahanya, Ibu Winarti sangat kreatif dalam mengembangkan produk sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Selain itu Ibu Winarti ingin lebih memberdayakan para pengrajin di sekitar lingkungannya.
Yanti
Pelangi Rinjani
Lombok Timur
Melihat banyaknya hasil jambu mete di daerah sekitarnya, Ibu Yanti mendirikan Pelangi Rinjani yang menjual hasil olahan jambu mete, berupa dodol, kerupuk dan abon. Melalui usahanya, Ibu Yanti ingin menjadi inspirasi bagi perempuan lain serta ingin membantu mengurangi angka pengangguran, khususnya di daerah Sembalun.
Yosi Eka Kurniawati
KWT Ombak Bersatu
Lombok Tengah
Ibu Yosi adalah pendatang yang berasal dari Jember. Setelah menikah, beliau pindah ke salah satu desa di Lombok. Karena melihat di desa tersebut banyak perempuan yang menganggur, beliau mulai memikirkan bagaimana agar kehadirannya dapat memberikan dampak bagi sekitarnya. Terinspirasi dari daerah lain, Ibu Yosi kemudian membentuk kelompok KWT Ombak Bersatu dimana beliau mulai mengajak ibu-ibu di sekitarnya untuk mulai menanam. Dari hanya menanam untuk kebutuhan pribadi, hasil dari kelompoknya sekarang mulai dijual sebagai hasil olahan. Ibu Yosi juga mendirikan taman baca untuk anak anak di sekitar rumahnya.
Yulia Rahmatin
Toko Ayya
Lombok Barat
Yulia adalah mantan pegawai bank yg memutuskan untuk membuka usaha aksesoris dekorasi yang terbuat dari bahan-bahan yg tidak terpakai seperti kayu sisa, stik es krim, atau kain sisa jahit. Yulia mempunyai keinginan untuk membagikan kemampuannya dalam mengkreasikan barang bekas menjadi bernilai ekonomis.
Zaenab
UD Azhari
Lombok Tengah
Ibu Zaenab awalnya mendirikan UD Azhari sebagai bisnis yang menjual bahan pokok dan bangunan. Seiring berjalannya waktu, Ibu Zaenab merasa ingin menciptakan dampak positif yang lebih ke masyarakat, sehingga akhirnya beliay membentuk kelompok yang menjual serta memberikan pelatihan pembuatan tortila singkong dan rumput laut. Pada tahun 2013, UD Azhari juga resmi menjadi pusat pelatihan mandiri kelautan dan perikanan.