Pendapat Investor Mengenai Wirausaha Sosial
UnLtd Indonesia – Perkembangan dunia startup di Indonesia bisa di bilang cukup tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang besar mencapai lebih dari 250 juta jiwa dengan pengguna internet yang cukup tinggi mencapai 88 juta serta penetrasi pengguna smartphone yang mencapai angka 95 juta jiwa yang 35 % dari jumlah tersebut tercatat berlangganan internet broadband pada smartphonenya menjadikan Indonesia adalah pasar yang sangat potensial untuk membangun sebuah startup. Tak heran, setiap bulan muncul banyak startup baru dengan ide dan konsep baru yang diusungnya.
Jumlah masyarakat dan tingginya jumlah pengguna internet juga berpengaruh pada transaksi e-commerce di Indonesia yang mencapai hampir 250 triliun di tahun 2015 dan diperkirakan akan mencapai angka 1,8 Kuadtriliun di tahun 2020.
Geliat tumbuh kembang startup dan transaksi yang sangat tinggi di bidang ini sejalan dengan bertambah pula investasi yang di salurkan melalui startup. Tercatat puluhan startup telah mendapatkan pendanaan dari investor di tahun 2015, dan jika dijumlahkan jumlahnya cukup fantastis.
Di tengah hingar bingar industri di bidang teknologi dan internet, bagaimana dengan bisnis yang menjalankan usahanya dengan misi sosial? Atau lebih sering disebut social enterprise yang juga sedang berkembang di Indonesia. Rupanya di Indonesia, ada pula investor yang memang fokus ingin menginvestasikan dana yang dimiliki ke dalam usaha-usaha yang memiliki dampak sosial yang positif. Selain investor institusional yang berasal dari sebuah perusahan investasi, ada juga investasi perorangan/individu yang disebut Angel Investor.
Baca Juga: 32 Socially Innovative Ideas to Watch for in Asia 2017
Adi Sudewa, Senior Investment Manager Aavishkar menuturkan, setiap bulan setidaknya dia menerima lebih dari 100 proposal usaha sosial. Begitupun dengan investor-investor lainnya.
Lalu usaha sosial seperti apa yang dicari oleh impact investor maupun angel investor?
Dalam sebuah kesempatan workshop yang bertema investment readiness, UnLtd Indonesia mengundang Gibran CEO e-fishery (sebuah startup yang menyediakan alat untuk memberi pakan ikan yang dapat di kendalikan dan di pantau melalui smartphone) yang baru saja mendapatkan investasi untuk berbagi tentang perjalanan nya memperoleh investasi kepada peserta workshop. Gibran menuturkan, saat berhadapan dengan investor, kita harus tahu karakteristik dari investor tersebut, harus mencoba untuk menemukan kata kunci yang dapat menarik perhatian investor. Gibran mencontohkan, saat Ia pitching pertama kali di depan investor, Ia menyebutkan bahwa dia mempunyai background pendidikan di bidang Biologi, namun hal itu rupanya tidak membuat investor tertarik untuk menginvestasikan dananya pada e-fishery. Namun dikesempatan selanjutnya, Ia mengatakan kepada Investor bahwa ia memang seorang peternak ikan yang tentu sudah tahu seluk beluk tentang berternak ikan. Hal itu langsung menarik antusias dan kepercayaan dari investor. Hal lain yang di katakan Gibran adalah fokus pada produk yang ingin kita jual, dan tonjolkan itu pada saat pitching bahwa produk kita berbeda.
Dondi Hananto dari Kinara Indonesia yang juga hadir dalam workshop investment readiness mengatakan bahwa usaha sosial juga harus melihat potensi pasar, seberapa besar pasar yang ada dan seberapa besar kita bisa menguasai pasar tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perkembangan bisnis ke depannya.
Baca Juga: Membuat Dampak yang Lebih Besar: Peluncuran Komunitas Usaha Sosial
Investor lain yang juga hadir adalah David Shoukashing yang mewakili ANGIN (Angel Investor Indonesia) dan Timothy Ran dari Mercy Corp sepakat bahwa usaha sosial tentu harus memiliki sosial impact, namun tentu tidak boleh melupakan aspek bisnis nya. Karena menuju usaha yang sutainable dan berkembang, kedua aspek baik bisnis maupun sosial harus sama-sama berkembang.
Bila melihat dari komentar-komentar di atas, seorang wirausaha sosial sangat berpeluang untuk mendapatkan investasi seiring banyaknya impact investor di Indonesia. Meskipun begitu, aspek bisnis sebagai alat bagaimana misi sosial tersebut bisa dicapai juga tidak boleh terlupakan.