PLUS | Platform Usaha Sosial

Mindful Farming and Harvesting with Blueboots Farm

oleh Nur Izzatul Muthiah
Sorotan, Kewirausahaan Sosial, Kisah Sukses 4 menit baca

Seorang pengusaha sosial memerlukan alasan personal kuat untuk memulai bisnisnya. Alasan kuat tersebut akan menjadi bahan bakar dalam menjalankan usaha. Seperti yang diungkapkan oleh Samantha dan Angeline, co-founders Blueboots Farm pada Business + Good Stories di Atamerica 17 Mei 2017 lalu, contohnya. Berawal dari kesulitannya untuk mencari makanan organik yang terjamin kesehatannya setelah kembali ke Indonesia, Samantha merasa perlu melakukan sesuatu. Sama halnya dengan Angeline, ia juga merasa kesulitan untuk mengidentifikasi dari mana makanan yang ia konsumsi dan bagaimana proses pembuatan makanan di Indonesia.

Berawal dari Mencari Makanan Sehat

Susahnya mencari makanan organik ketika mereka kembali ke Indonesia dari studinya membuat mereka memiliki ide bagaimana jika menghasilkan makanan mereka sendiri dengan bercocok tanam, yang akhirnya membuat mereka jadi banyak berinteraksi dengan petani. Di sini mereka menjadi banyak belajar local wisdom – atau pengetahuan tentang bercocok tanam yang mereka rasa mungkin tidak bisa mereka dapatkan melalui buku manapun. Dari interaksi tersebut, mereka juga menemukan bahwa jumlah petani telah banyak menurun karena bukan lagi merupakan profesi idaman bagi anak-anak muda.

Pencarian Samantha dan Angeline terhadap makanan organik di Indonesia juga mengantarkan mereka pada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki banyak sekali hasil alam namun tidak banyak yang memberi nilai tambah bagi petani. Dua gadis kota yang tidak pernah bertani sebelumnya, akhirnya terjun juga untuk menjadi petani dan produsen makanan organik di daerah Cijeruk, Bogor.

Baca Juga: Indonesian Social Enterprise Highlights – House of Diamonds Indonesia

Sustainability is the Key

Samantha dan Angeline memastikan semua proses produksi dilakukan dengan bertanggung jawab. Mereka membuat pupuk dan herbicide organik sendiri dan memastikan proses pengolahan makanannya terstandardisasi. Di lahan pertanian mereka, tidak ada satupun hasil pertanian yang dibuang. Semua bahan makanan diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya dan kemudian diolah menjadi berbagai macam makanan siap konsumsi, seperti chips, peanut butter, nutmeg chutney, moringa powder, dan banyak lainnya. Produk Blueboots Farm telah dikenal luas di kalangan pecinta produk organik dan dapat ditemukan di berbagai online marketplace di Indonesia. Produk-produk tersebut tidak lahir dengan serta merta, melainkan melalui banyak percobaan dan riset yang mereka lakukan bersama dengan para petani.

Samantha dan Angeline berusaha untuk menjalin kerja sama yang baik petani yang menggarap lahan mereka di Cijeruk dengan tinggal dan menghabiskan banyak waktu berkualitas bersama mereka, memberi harga yang lebih tinggi daripada di tengkulak, dan juga membuat mereka merasa dihargai. Beberapa kali Blueboots Farm mengadakan Open-Farm, yang memberi kesempatan bagi para petani untuk berinteraksi dengan konsumen dan mendapatkan apresiasi dari konsumen.

Pertanyaan Menarik dalam Diskusi

Baca Juga: Invest in Kindness on Social Entrepreneurship Meet Up 2

Apakah ada kegagalan yang bisa menjadi pembelajaran bagi Social Enterprise lainnya?

Setiap bisnis pasti pernah mengalami kegagalan. Blueboots Farm pernah mengalami kerugian cukup besar saat ingin mencoba membuat makanan inovatif dari biji jagung berwarna-warni. Namun, ternyata produk tersebut tidak sesukses yang dibayangkan. Ternyata, tidak semua biji bisa dijadikan popcorn. Jagung yang telah ditanam secara masif pun tidak terpakai. Oleh karena itu, sebelum melakukan inovasi produk, pastikan komoditas inovasi tersebut dapat digeneralisasi sehingga tetap akan berjalan sesuai rencana. Saat mengalami kegagalan, owner bisnis harus bisa realistis terhadap apa yang mereka kerjakan lalu lanjutkan bisnisnya.

Apa hal yang paling disukai dalam menjalankan bisnis ini?

Ada dua hal yang menjadi kegiatan favorit Blueboots Farm, yaitu saat farming dan saat melakukan research and development produk maupun bisnis mereka.  Mereka sangat menikmati bagaimana bertani dari awal hingga akhir dan berdiskusi mengenai metode penanaman yang tepat dengan para petani. Biasanya Blueboots duduk bersama dengan para petani dan mencari solusi dari fakta-fakta yang mereka temukan di lapangan bersama-sama. Dari situlah research mereka berjalan dan produk mereka dapat dikembangkan terus menerus.

Baca Juga: Indonesian Social Enterprise Highlights – House of Diamonds Indonesia

Bagaimana jika anak muda lainnya tidak memiliki kesempatan seperti kalian?

Pengetahuan saat ini bisa didapatkan dari mana saja. Butuh mengetahui sesuatu, just Google it. Banyak sekali event, artikel, buku, bahkan mentor yang bisa diakses kapanpun dan di manapun. Hanya saja, yang diperluka adalah determinasi yang kuat untuk terus belajar dari siapapun.

Begitu banyak masalah sosial dan/atau lingkungan yang bisa diselesaikan dengan terjun langsung menyelesaikan akar masalahnya. Semua itu berawal dari satu alasan yang kuat dan seringkali bersifat sangat personal. Alasan Samantha dan Angeline bisa jadi hanya kesulitan mencari makanan organik yang sehat di Indonesia. Daripada menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah, mereka memilih menghadirkan Blueboots Farm sebagai solusi. Berani jadi solusi untuk masalah di sekitarmu?

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp telegram messenger gmail yahoomail outlook