Balancing Impact and Profit on Your Social Enterprise
Pertanyaan mengenai sejauh mana social enterprise dapat menarik keuntungan dan sebesar apa social impact yang harus diberikan supaya bisa dikategorikan sebagai social enterprise telah menjadi diskusi sejak dahulu kala. Jawaban dari Gigih, Co-Founder WeCare.id dan Romy, CEO UnLtd Indonesia mungkin akan memberikan gambaran mengenai bagaimana menyeimbangkannya.
Menurut Romy, on balancing profit & purpose, tidak perlu terlalu sulit mencari pembanding. Social enterprise bisa lihat usaha seperti sekolah, rumah sakit, bahkan pers. Di ketiga jenis usaha ini, selalu ada dilema antara misi sosial dan laba. “Maksudku, tidak hanya wirausaha sosial saja yang mengalami tantangan ini. Tidak ada sekolah, rumah sakit, dan surat kabar yang bisa terus berjalan kalau mereka tidak punya cukup pendapatan. Dan kalau mereka mau serius dengan misi pelayanan mereka, mereka harus kasi layanan yang bagus,” jelas Romy.
Di sisi lain, menurut Gigih, “It’s important to manage the expectation. Jadi kita bisa mengira-ngira impact se-realistis apa yang bisa kita capai dalam periode tertentu dan berapa income yang bisa kita dapatkan. And how they really make sense. Keduanya tidak boleh berat sebelah. Dan juga tidak seperti profit-oriented business, kita harus peka di titik tertentu pencapaian profit, karena apabila terus saja dimaksimalkan profitnya saya percaya bisa terjadi ketidakseimbangan yang sifatnya bisa destruktif baik secara lingkungan maupun yang mengganggu kearifan lokal (terutama bagi SE yang beroperasi di daerah-daerah).”
Apakah cukup menjawab? Diskusi selengkapnya dapat dilihat di sini.
Baca Juga: 32 Socially Innovative Ideas to Watch for in Asia 2017